Khalifah Al-Makmun dan Penyair

Alkisah, saat melihat orang mencoret-coret pagar istananya, Khalifah Al-Makmun memerintahkan untuk memanggilnya . Ternyata orang tersebut sedang menorehkan sebuag syair dipagar istana.
Bunyi syair itu adalah :

Wahai istanaa yang megah dipenuhi celaan yang gelisah bila engkau ciptakan suasana kebahagiaan disetiap ruangan Di hari engkau wujudkan dalamnya kegembiraanku Akulah yang pertama yang memberitakan hal-hal yang meruntuhkan

Syair di atas jelas-jelas mengandung nada sindiran, sehingga sang khalifah pun meminta prajuritnya untuk mencari tahu siapa gerangan sipenulis syair itu. Setelah diketahui orangnya, akhirnya sang penyair itu pun digiring ke istana menghadap Khalifah.

"Apa gerangan yang membuat kau menulis syair itu?" tanya Khalifah Al-Makmun.
"Wahai Amirul Mukmin. Kiranya cukup jelas bagi tuan, Kemewahan yang mengelilingi istana ini, harta bertumpuk, makanan dan minuman yang lezat-lezat, perabotan yang megah serta para wanita dan pengawal. Aku berjalan didepannya namun dalam keadaan lapar dan dahaga. Dengan kelaparanku ini, tak ada artinya sama sekali kemegahan istana ini. Bila istana ini runtuh, aku tak merasa rugi sedikitpun," katanya.

Mendenga perkataan itu, termenunglah Khalifah Al-Makmun teringat akan ucapan seorang ahli hikmah:

Jika pada sebuah kerajaan tidak dirasakan orang kebahagiaan pasti dia akan menciptakan kehancurannya tidak akan menyedihkan bencana yang menimpanya selain mengharapkan pergantian dari keadaan yang menyedihkan itu

Maka diberilah pengemis itu uang seribu dirham sambil berkata. "Anda akan mendapat seperti ini setiap tahun, selama istana masih ramai dan rakyat tetap gembira dengan negaranya ," kata sanh Khalifah.

Sambil menerima uang itu sang penyair menjawab,

Bila anda memengang satu urusan negara
bina dirimu sebagai pembakti yang bijaksana
karena masamu takkan bertahan selamanya
Anda pasti akan berlalu dan meninggalkannya.